Ohayo/konnichiwa/konbanwa mina..
Apakabar?
Kali ini saya mau berbagi pengalaman touring plus camping saya kemarin. Tepatnya September 2016. Destinasinya yaitu... taarrraaa... (kayak apa aja ya -_- ) hihi
Gunung Prau.
Pada pendakian kemarin, saya muncak via pos pendakian Patak Banteng. Perjalanan dimulai dari tatar Galuh Kabupaten Ciamis dengan munggunakan sepeda motor. Jadi judulnya teh camping yang diawali touring dulu. Emejing kan?? :') ~ Haih ~
Tapi asli, seru loh.. dari Ciamis saya memulai perjalanan pukul 07.00 WIB dan sampai di Dieng tepatnya pos pendakian Patak Banteng pada pukul 18.00 WIB. Sebelas jam perjalanan, mantap! :')
Basecamp Patak Banteng |
Setibanya di pos pendakian, saya dan rengrengan touring langsung isoma dan mendaftarkan diri di pos registrasi pendakian gunung Prau sambil mengurus adminisrtrasi penitipan barang dan kendaraan. Curhat dikit nih, disini suhunya dingin banget.. dingiiin banget. Saking dinginnya, tangan saya sampe ga bisa digerakin dengan normal. Ditambah emang saya udah kehujanan semenjak masuk daerah Wonosobo. Huhu
Tak lupa, di pos ini perlengkapan mendaki dan perbekalan pun dilengkapi. Bagi temen-temen yang tidak membawa perlengkapan camping, tak perlu khawatir. Karena ditempat ini banyak kedai yang menyewakan peralatan dan perlengkapan mendaki komplit dengan biaya yang relatif terjangkau. Pokoknya tenang aja deh gaes.
Singkat cerita, pendakian pun dimulai. Saya sama temen temen dan pendaki lainnya yg udah standby dari sore, akhirnya memulai pendakian selepas isya atau sekitar pukul 19.00 WIB. Pendakian dilakukan saat hujan sedang turun dengan derasnya.
Hujan deras menemani saya menapaki rute pendakian Gn. Prau yang langsung "nanjak" berupa anak tangga di wilayah perumahan warga. Rute ini akan membawa kita ke perkebunan sayur dan tembus ke jalan berbatu yg merupakan akses dari jalur pendakian. Ada 3 pos yang terdapat di jalur pendakian ini dan jaraknya relatif dekat. Pendakian dari basecamp ke puncak memakan waktu kurang lebih 2 sampai 3 jam. Sebenarnya, jarak tempuh rute pndakian Gn. Prau relatif dekat, tapi kecuraman medannya memang benar-benar emejing.
Setibanya di puncak, rasa dingin dan lelahpun semakin menjadi. Lutut yang noroktok pun terus dipaksa untuk bekerja memasang tenda demi terciptanya kedamaian dunia. (Dunia peristirahatan dan pengenyangan maksudnya :'v).
Setelah selesai memasang tenda dan memasak, saya sama temen temen memutuskan untuk langsung beristirahat. Udara dingin benar benar menusuk tulang. Bahkan setelah memakai pakaian hangat dan berlindung didalam sleeping bag pun, tetap saja tubuh ini terasa membeku.
Kami pun membagi kelompok menjadi 2 tenda, dengan seluruh anggota dalam tiap tenda adalah laki-laki. Waktu terasa berputar lebih lama dari biasanya. Dan tanpa sadar kami pun berpelukan.. (loh loh, ini cerita apa -_- )
Disini, anda tidak akan merasa sepi. Karena obrolan dan gelak tawa para pendaki tidak pernah berhenti saling bersahutan. Meskipun tidak saling mengenal dan berasal dari daerah yg berbeda beda, tapi disini semua menyatu seperti keluarga.
Malam hari menjelang subuh, semua pendaki berbondong-bondong menuju titik terbaik mencuri sunrise. Dan saya sempat kaget juga, saya kira suara semalam hanya berasal dari ratusan orang saja, pas keluar tenda, buseet dah.. ada ribuan orang ternyata yang muncak. Udah kayak di festival aja deh pokoknya.
Camping area Gunung Prau |
Beautiful flower from Prau |
Oke gaes, itu lah cerita muncak saya kemaren. Mudah-mudahan bisa sedikit menjadi bahan informasi bagi temen temen yang mau muncak ke Prau untuk melihat Sunrise di Dieng ditemani indahnya pemandangan gunung Sindoro dan Sumbing yang saling berdiri berhadapan dengan gagah.
View Sindoro Sumbing from Prau |
Terimakasih. Salam #PesonaIndonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung.
Komen tipis-tipis bisa meureun wa.
( ^∆^ )و